Minggu, 12 Mei 2013

fanfic : wasurainade kudasai chap 2

Aku asal masuk aja kedalam, aku bingung ruangannya yang mana dan gak lama aku celingak-celingukan seperti orang baka. Akhirnya keluar juga seorang cowok yang tak ku kenal. Kulihat wajahnya… Kyaaa kawaiiii buangettt ^///^ Aduh jadi berdebar-debar, eh… dia nyamperin aku? Oh no way, gimana nih? Jantungku rasanya pengen MELEDAK! XD  “Nyari siapa ?” tanya orang ini.
Oh Kami-sama, ini orang kawaii bin kakoii ^///^  siapakah dia? Ku ingin tahu namanya.

.
.
.
WASURE NAI DE KUDUSAI @ RIKA TAKAKI A.K.A RIKA KHAIRANA
.
.
WARNING : RPF (Real Person Fanfic), OOC, OC, bahasa tidak baku, miss-typo, EYD yang tidak sesuai, dan kekurangan lainnya, author amatiran.
.
.
.
Dont like?
Don’t read and don’t flame!
THANK YOU
.
.
.

Chap 2
“Ano, abdi teh nyari aa yuya, apakah ada?” Aduh… baka… baka… kenapa malah pake bahasa sunda. Kira-kira dia ngerti gak ya? Semoga ngerti deh… Semoga…
“ Nani?” tanyanya heran. Sesuai dengan perkiraanku. DIA GAK NGERTI! Yaiyalah. Emang dia diajari bahasa Sunda apa? Aduh… Diriku baka sekali ya?
“Gomen ne, saya mau nyari Yuya-niichan. Dia ada dimana yah?” tanyaku penuh harap.
“Yuya-kun? Dia ada di ruangan itu” katanya. Jari telunjuknya menunjuk ke arah sebuah pintu berwarna putih terang.
“Ah, shankyuu~~” kataku. Eh, tiba-tiba aja dia megang tanganku. KYAAA~~~ Rasanya ni jantung pengen banget MELEDAK lagi deh Oh Kami-sama, hatiku berdegup kencang… Kyaa… Pengen banget teriak “Ano… Kalo boleh tau anata siapanya Yuya ya?” tanya orang itu. Oh Kami-sama… matanya menatapku dengan lembut. Kyaaaaaaaaaaaaaa……
“Atashi? Atashi wa Yuya no Imouto desu” jawabku. Wah? Masa dia gakenal sih sama aku? Aku kan anak perempuannya KAMENASHI KAZUYA. Padahal sering masuk tv loh *apasih? Gak jelas banget* dan aku pun jalan menuju ruangan yg ditunjuk orang kawaii bin kakoi tadi.
Tok… Tok… Tok… kuketuk pintu itu “Sumimasen” kataku dan akhirnya ada yang ngbukain pintu dan orang itu berparas tinggi kayak jala dan kurus dan bergigi ginsul, kalao soal wajah lumayan kawaii tapi kawaii-an orang yang tadi “Nyari siapa ya?” tanya orang itu.
“Yuya-san” jawabku
Yuya POV
Kayanya  ade boncel udah dateng deh, buktinya ada suaranya bodo ah, pura-pura gak kenal ah…
“Yuya-kun, ada perempuan tuh yang nyariin” kata Yuto. Serentak semua mata memandang kepadaku.
“Ciekan, siapa tuh? Ahem-ahem-ahem wkwkw” kata Daiki.
“Kenalin dwonngg!!!” seru Ryutaro. Aku hanya diem saja, kusamperin si boncel, dan diikuti oleh anak-anak yang lain. Ngapain sih tuh anak-anak ngikutin? Kesempatan ngerjain mereka, langsung ku peluk si boncel “Sayang ngapain kesini? Kan aku udah bilang nanti aku jemput” kata ku manas-manasin mereka.
“Apa sih lu bang? Gak jelas banget deh!” kata si boncel sambil ngelepasin pelukkanku. Ah, baka deh si boncel.
“Apa? Abang?” tanya si Yabu. Sedetik kemudian semua member tertawa dengan terbahak-bahak. Gue do’ain supaya ada nyamuk masuk ke mulut mereka masing-masing. A~mi~n…
“Kenapa sih mereka?” tanya boncel polos.
“Mereka itu ketawa karena lu kok boncel banget…” kataku kesel. Si boncel kayaknya kesel, langsung saja di memberiku sebuah bogem mentah dengan gratisnya!
“Belagu banget si lu jelek, mentang-mentang tinggi! Dasar gala!” kata boncel marah. Sialan. Gue dikatain jelek. Padahal sendirinya juga jelek. Malah ngatain orang jelek.
“Jadi siapa tuh, abang Yuya?” tanya Kei sambil menunjuk ke arah si boncel. Sialan banget si Kei. Gue dipanggil abang.
“Ade gue” kataku singkat pada dan jelas.
“Hah? Ade? Kok beda buanget…” tanya kei
“Iyalah beda. Orang si Rika-chan dulu kecilnya bukan tinggal di Jepang” jawab Ryu. Loh? Apa hubungannya? Nih anak terkadang suka gak jelas banget sih.
“Ryu… Lo tau namanya?” tanya Daiki heran bin bingung.
“Ha? Iyalah dia kan sahabatnya Shin. Iya ga Rik?” jawab Ryu diikutin dengan anggukan kepalanya Rika-chan.
“De, kamu udh makan?” tanyaku.
“Belumlah. Tadi kan langsung ke sini, abisnya gak bilang dulu kalo masih latihan” jawab si boncel dengan manja. Ni anak kebiasaan banget deh.
“Ya udah nih makan” kataku sambil ngasih box makan kepada boncel.
“Loh? Itu kan punyanya Yama-chan nanti dia marah loh” kata Yuto.  Si Yuto mah kalo masalah Yama-chan pasti inget deh. Ckckc, saking dekatnya dengan Yama-chan.
“Udah biarin aja, nanti gue ganti. Makan nih de” kataku
Dan akhirnya dia makan juga. Aku duduk di sebelahnya. Takut digangguin sama member-member yang lain.
SREG! Tiba-tiba saja pintu terbuka. Kayaknya ada yang dating tuh. Semoga aja bukan Yama-chan. Semoga aja.
Normal POV
Ternyata eh ternyata… Yang datang itu Yamada Ryosuke atau bisa dibilang juga Yama-chan.
“Oh ya makananku mana Yu-chan?” tanyanya pada Daiki
“Tuh di makan ama adenya Yuya,” jawab Yuto sambil menunjuk ke arah Rika. Dan Rika pun meneoleh ke arah Yama-chan. Langsung saja mukanya Rika terlihat seperti kepiting rebus, merah sekali “Gomen nasai ini punyamu ya?” kata Rika sambil menyodorkan makanan ke Yama-chan dengan tampang bersalah
“Woelah, Yama-chan nanti kuganti makanannya, biarin aja ya? Adeku makan punyamu soalnya dia belum makan” kata Yuya sambil merebut box dan mengembalikan ke Rika lagi.
“Oh iya tenang aja lagi Yuya-kun” kata yama-chan “gapapa rika-chan makan aja, lagi pula aku udh makan kok” katanya lagi.
“haiii sankyuu” jawab rika-chan sambil nundukin kepala, dan yamachan hanya tersenyum, wajah rika-chan kembali merona,
.
.
.
Lima bulan setelah kejadian itu hubungan Rika dan Yama-chan pun, akhirnya menjadi dekat. Rika sangat menyukai Yama-chan dan sudah lima bulan mereka dekat tapi, belum ada tanda-tandanya kalo mereka akan menjalin sebuah hubungan khusus. Hh~ Nasib-nasib… Sabar aja ya Rik. Udah nasib *dilempar hape android*
- Di Sekolah -
Di taman  sekolah, terlihat Shintaro Morimoto, Reia Nakamura, Kento Kadoi, Kei Kurita dan Yuuya Ootsuka sedang bercakap-cakap dan disisi lain Rika dan Cherry sedang bercakap-cakap.
“Rika-chan gimana hubunganmu dengan Yama-chan?” tanya Cherry sangat antusias.
“Ano… Ya begitu deh” kata Rika sambil menghelas napas panjang.
“Nani? Maksudmu?” tanya Cherry sambil sedikit memiringkan kepalanya.
“Walaupun semakin dekat tapi… Kayanya dia gak ada respon deh” jawab Rika sedih. Matanya menatap ke arah sepatunya itu. Melihat itu Cherry merasa iba. Padahal, sudah lima bulan sahabatnya ini dekat dengan orang yang dia suka. Tapi, kedekataan itu tidak membuahkan hasil yang memuasakan.
“Ya ampun Rika-chan sabar ya sayang?  Mungkin nanti ada waktunya, tunggu aja” kata Cherry memberi semangat. Sebuah senyuman lebar terlukis di wajahnya itu.
“Hai!!!” jawab Rika-chan. Kini, senyuman khasnya terlukis di wajahnya. Cherry yang melihatnya itu langsung mencubit pipi Rika dengan gemas “Nah, gitu dong! Senyum! Kan jadi cantik” kata Cherry. Rika hanya terkekeh pelan.
“Ne… Cherry” Rika menyenggol siku Cherry, membuat gadis berambut hitam kelam itu menoleh ke arahnya, “Nani?” tanya Cherry.
Senyum Rika mengembang, jika sudah begini Cherry sudah bisa menebak sesuatu yang buruk akan menimpanya “Bagai―” Belum sempat Rika menyempurnakan kalimatnya, bel masuk berbunyi dengan kerasnya. Teng… Teng… Teng… Bel tanda masuk pun, berbunyi. Murid-murid yang kini menyebar entah kemana segera memasuki kelas mereka masing-masing.
“Eh, udah bel tuh masuk yuk!” ajak Cherry sambil menggandeng lengan Rika.
“Ayo!”
.
.
.
Teng... Teng... Teng... Bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa langsung memburu gerbang sekolah dan seperti biasa Cherry menyamar seperti laki-laki agara tidak ketahuan oleh fasnya. Dia melangkah menuju salah satu mobil, di dalam mobil itu ada seorang laki-laki berkacamata hitam yang tidak kita ketahui identitasnya. Mungkin pacarnya. Mungkin.
Di lain tempat, Shin sedang ngobrol dengan Reia di parkiran motor. Entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya masalah serius. Lain halnya dengan Rika, dia  sedang mengobrol dengan Kento Kadoi di depan gerbang sekolah.
“Rika-chan gak pulang?” tanya Kadoi.
“Lagi nunggu abang” jawab Rika sambil melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Kok udah jarang bareng Shintaro?” tanya Kado.
“Ha? Gak apa-apa, emgnya kenapa?” tanya Rika.
“Gak. Nanya aja kok!” jawab Kadoi sambil tersenyum. Tiba-tiba saja ada mobil berhenti di depan mereka.
“Rika-chan aku duluan ya?” kata Kadoi sambil masuk ke dalam mobil
“Un” jawab Rika sambil menganggukkan kepalanya pelan.
Rika POV
Aduh... Si abang luama banget sih? Kebiasaan deh! Mungkin dia ingin aku cincang-cincang ya?

Kiss me, ki-ki-kiss me
Infect me with your love
And fill me with your poison
Take me ta-ta-take me
Wannabe a victim ready for abduction
Boy, youre an alien
Your touch are foreigen its supernatural
Extraterrestrial

Tiba-tiba saja ponselku bergetar. Ku ambil ponsel yang ada di dalam tasku. Kulihat layar ponsel kini menampilkan sebuah nomor yang sudah kupastikan dari si ABANG!!!
“Moshi moshi”
“Moshi moshi” kataku kesel,
“De, maaf gue gak bisa jemput lu. Tapi tadi gue udah nyuruh Yama-chan buat jemput lo kok” kata abangku.
“Oh, yaudah” jawabku kesel sambil mematikan sambungan telepon.
Ahhh, tuh kan kebiasaan banget deh!! Ah, tapi dijemput ama Yama-chan >///< KYAAAAA~~~ Senangnya hatiku~~~
Normal POV
Tiba-tiba ada mobil yang  berhenti di depan Rika dan ternyata itu Yama-chan. Rika-chan pun terlihat sangat bahagia dan langsung masuk mobil. Di tempat parkir terlihat Reia dan Shin memandang kejadian itu.
“Shin sabar ya? Udah nasib…”  kata Reia sambi menepuk-nepuk pundak Shin.
“Muak gue!” kata Shin geram “Pengen gue hajar itu orang” ucapnya lagi.
“Udahlah sabar. Nanti aja. Ada waktunya kok!” ucap Reia menenangkan sahabatnya itu.
.
.
.
Hari ini Rika dianterin oleh Yama-chan (lagi). Gadis itu benar-benar terlihat bahagia. Rika melihat Shin yang sedang melangkah  ke arah kelas. Rika pun, berniat mendekati Shin.
“Ohayou!!!” kata Rika sambil menepuk pundak Shin.
“Ohayou” jawab Shin malas. Rika bingung kenapa respon Shin seperti itu. Padahal biasanya respon yang diberikan Shin tidak seperti itu.
“Shin-chan ada apa?” tanya Rika polos.
“Pikir saja sendiri” jawab Shin sinis. Rika bingung. Maksudnya apa sih dari perkataan Shin tersebut.
“Maksudmu?” tanya Rika bingung.
“…” Tidak ada jawaban dari Shin dan akhirnya mereka sampai di kelas.  Rika langsung duduk di tempat duduknya. Di kiri paling pojok dan sebelahnya Shin, depannya Cherry.
.
.
.
Teng… Teng… Teng… bel istirahat pun akhirnya berbunyi. Shin langsung melangkah ke luar kelas. Belum saja dia benar-benar keluar dari kelas tersebut. Rika segera menahannya. 
“Shin… Nande?” tanya Rika lagi.
“Kamu pikir aja deh” jawab Shin sinis. Rika benar-benar habis pikir, apa yang salah dengan dirinya? Emangnya dia berbuat salah apa? Sampai-sampai Shin marah seperti itu?
“Shinnnn… serius ada apa sih?” tanya Rika sambil mengguncangkan tangan Shin dengan keras.
“Lepasin!” bentak Shin. Rika terkejut bukan main. Berani banget Shin membentak Rika. Ini baru pertama kalinya Shin membentak Rika seperti itu.
Rika POV
Hah? Shin berani sekali membentak aku! Sejak kapan dia seperti ini? Ada apa sih? Aku gak ngerti! kenapa dia jadi seperti ini? Tanpa sadar aku meneteskan air mata.
“Shin kamu kenapa sih?” kataku dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mataku. Aku berusaha menyekanya tapi tetep saja, air mataku tak bisa berhenti mengalir.
“Kenapa kamu nangis?”kata Shin sinis. Ya Allah… shin kamu kok tega banget sih ngomong seperti itu?
“Shin kamu kok tega banget sih?” kataku sambil menintikan air mata.
“Dare? Boku? Gak salah tuh?” jawab Shin dengan tampang yang menurutku nyebelin banget.
“iya, anata tega sama atashi.”  Ucapku sambil mengusap air mata yang jatuh ke pipi.
“Kamu yang tega Rika!” Apa sih? Aku tega gimana? Ah… Shin kenapa sih?
“Maksud kamu apa? Aku tega gimana sih?” tanyaku polos.
“Kamu kemana aja selama lima bulan ini?”
“Aku gak kemana-mana. Masa kamu gak liat aku sih? Aku aja selalu liat kamu!” jawabku polos. Apa sih maksudnya Shin? Memangnya dia tidak melihatku? Sebesar ini dia tidak melihatku? Aneh banget sih…
“Bukan itu baka!” ucap Shin sambil mengacak-ngacak rambutku.
“Terus apa dong?” tanyakuku sambil ketawa sambil ngerapihin rambut
“Tau ah, dasar lola” kata Shin sambil pergi meninggalkanku. Langsung saja  kutarik tangannya “Shin” kataku sambil menetaskan air mata lagi.
“Nani?” kata shin sambil balik kearah aku
“Kamu kenapa sih? Kok kamu jadi gini sama aku?” tanyaku yang masih megang tangan Shin. Kulihat wajahnya yamh tadinya nyebelin jadi berubah seperti Shin yang dulu. Shin yang aku kenal.
“Kamu kemana selama lima bulan ini? Aku butuh kamu, kamu kemana?” tanya Shin lembut sambil mengelus rambutku. Ya ampun,  maksudnya Shin apa sih? Aku kemana? Ih orang aku kan masuk sekolah mulu, gimana sih tuh orang? Ahh aneh!
 “Aneh banget sih kamu?” kataku sambil memanyunkan mulutku,
“Aneh apanya? Ada juga kamu tuh yang aneh!” kata Shin. Nada bicaranya seperti Shin yang sebelumnya. NYEBELIN!!!
“Ha? Atashi? Anata tuh yang aneh! Jelas-jelas aku kan selalu masuk dan aku kan duduk disamping kamu, gimana sih?” tanyaku yang sekarang sudah mulai kesel.
“Tau ah! Susah banget sih dibilangin” kata Shin. Sepertinya dia udah mulai kesal. Tapi, sumpah aku gak mengerti apa maksudnya dia.
Hening.
Hening.
Hening.
Aku benci keheningan seperti ini, “Shin~~~” kataku manja.
“nani?”
“Emangnya aku salah apa sih?”
“salahmu?”―aku pun menangguk ―“salahmu adalah jalan sama Yamada Ryosuke!” ucapnya sambil memberikan penekanan pada akhir kalimat. Loh? Maksudnya apa sih? Masa cuman jalan aja ga boleh?
“Masa jalan doang ga boleh sih?” kataku kesel.
“Iyalah!” jawab Shin. Ih, lama-lama nyebelin banget sih nih orang. Gue mutilasi juga lu.
“Masa gitu? Itukan hak aku! Mau jalan sama kamu kek, sama Reia kek―” Sebelum aku melanjutkan perkataanku, Reia memotongnya “Eitss, kenapa namaku dibawa-bawa ya?” tanyanya dengan tampang seperti orang bodoh.
 “Diem aja lu!” bentakku dan shin serentak “Haii” Reia langsung diam tak bersuara. Reia gomen ne... Aku gak bermaksud bentak kamu. Gomen ne... 
“Oh jadi bukan hakku ya? Oh, ya aku lupa aku kan bukan siapa-siapamu” kata Shin sambil tertawa dengan hambar.
“Kamu kan sahabat aku!” ucapku
“Cuman sahabat kan? Ga lebih kan? Oh yaudah” ucap Shin sambil berkacak pinggang. Ih, nyebelin banget sih…  Maksudnya apa sih? udah ngelarang-larang gue buat jalan sama Yama. Emang dia siapa? “Iya ga lebih!” kataku yang udah kesellll bangetttt…
Shin hanya ber-‘oh’ ria saja. Shin pun, meninggalkanku. Tega banget sih dia? Masa hanya karena aku jalan sama Yama marah. Kaya ank kecil banget sih? Fine kalo itu maunya. Tapi, maunya dia apa ya? Tanpa aku sadari air mataku menetes. Aku segera menyekanya tapi, tangisanku semakin kencang.
Bisa aku rasakan ada seseorang yang memelukku. Kulihat sekilas siapa yang memelukku. Ternyata Cherry. Bisa kurasakan Cherry mengelus rambutku pelan, “Sabar ya? Amarah Shin sedang tidak terkontrol” ucap Cherry menenangkanku. Aku hanya bisa membalas pelukan Cherry. Disaat-saat seperti inilah aku selalu menganggap Cherry sebagai ibuku. Setelah merasa sedikit baikan, aku melepaskan diriku dari pelukan Cherry.
“Makasih ya” ucapku. Cherry hanya tersenyum.
Teng… Teng… Teng… Bel masuk pun berbunyi. Aku segera melangkah menuju bangkku. Untuk hari ini aku tak ingin duduk di samping Shin. Aku putuskan untuk duduk disamping Reia yang memang selalu kosong dikarenakan teman sebangkunya pindah ke sekolah lain. Pelajaran terakhir adalah Matematika. Selama pelajaran berlangsung pikiranku melayang entah kemana.
.
.
.
Teng... Teng... Teng... Bel pulang pun berbunyi. Akhirnya pulang juga, buru-buru aku ke luar kelas.
 Saat aku keluar, pas banget matahari bersinar sangat terang. Kepalaku jadi serasa berputar-putar. Aduh rese banget sih nih matahari, tapi kupaksakan jalan sampai gerbang.  Setelah sampai gerbang aku pun segera menelepon abang untuk menjemputku tapi, ternyata dia ga bisa. Rese banget sih…
Aku mencoba menelpon Yama-chan, tapi hari ini dia juga gak bisa. Ya ampun… Hari ini sial banget >.< gak bisa dapet tumpangan pulang, berantem ama Shin. Ahh damn! Eh ada taksi lewat, aku pun segera memeberhentikan taksi itu, dan segera masuk kesana “Oji-san ke jalan P. Yapen 13 ya?” kataku dan disertai anggukan dari si abang supir.
Normal POV
Rika pun naik taksi, tapi kepala rika rasanya sakit sekali, gatau kenapa, pandangannya pun mulai kabur
Gelap, tiba-tiba saja gelap
“nonn,,nonn bangun nonn, ini blok berapa? Dan nomer berapa?” kata sang supir membangunkan, ternyata dy gatau klo rika sedang pingsan, seletah sang supir sadr, dy pun membawa rika kerumah sakit setempat, dan rika di bawa keruang UGD , sang suoir bingung harus bagaimana, sang supir melihat sebuah handpone, dan sang supir mencari-cari nama, yg dy temui adalah kontak “abang yuya” tanpa berpikir panjang sang supir taksi pun menelpon yuya
“derrtt..dertt.. dert..” belum ada jawaban setelah nunggu beberapa menit, akhirnya ada yg nganggkat juga
“moshi moshi” kata org di sebang
“moshi moshi juga”
“siapa nih? Make hape ade gue. Lo nyulik ade gue yaa?” kata org di serbang emosi
“aduh jangan salah paham, ini ade mas tdi pingsan di taksi saya”
“oh, maaf kalo gitu, tdi si boncel kenapa? Pingsan?” kata yuya syok
“iya”
“sekarang ada dimana?”
“ada dirumah sakit tokyo sejah terah”
“oh baiklah, saya akan segera kesana, ohya terimakasih” tet hape pun mati,
Di sisi lain
Yuya pov
Apa ade gue pingsan? Serius ah? Masa sih? Koq bisa? Aku pun segera masuk kedalam mobil ferari merah, dan segera menyalakan mesin, langsung ku tancapkan gas, dalam pikiran ku cuman satu sekarang, yaitu adalah, rika-chan, apakah sudah sadar sekarang, kami-sama sebenernya ada apa? Koq perasaanku tidak enak? Oh kami-sama

To be countunie

2 komentar: